
Krisan
atau Chrysanthenum
berasal dari Asia dan Timur Laut Eropa
merupakan salah satu jenis tanaman hias yang telah lama dikenal dan
banyak disukai masyarakat serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Disamping
memiliki keindahan karena keragaman bentuk dan warnanya. bunga krisan juga
memiliki kesegaran yang relatif lama dan mudah dirangkai. Keunggulan lain yang
dimiliki adalah bahwa pembungaan dan panennya dapat diatur menurut kebutuhan
pasar. Terdapat 1000 varietas krisan yang tumbuh di dunia. Beberapa varietas
krisan yang dikenal antara lain adalah C. daisy,
C. indicum, C. coccineum, C. frustescens, C. maximum, C. hornorum, dan C.
parthenium. Varietes krisan yang banyak ditanam di Indonesia
umumnya diintroduksi dari luar negeri, terutama dari Belanda, Amerika Serikat
dan Jepang.
Menurut Rukmana dan Mulyana (1997),
ciri-ciri morfologi tanaman krisan sebagai berikut:

Batang tanaman
krisan tumbuk tegak, berstruktur lunak dan berwarna hijau. Bila dibiarkan
tumbuh terus, batang menjadi keras (berkayu) dan berwarna hijau kecokelat-cokelatan.

Perakaran tanaman
krisan dapat menyebar kesemua arah pada kedalaman 30 cm – 40 cm. akarnya mudah
mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan yang kurang baik, hal tersebut
dikarenakan akar tanaman krisan berjenis serabut (Hasim dan Reza, 1995).

Bunga krisan tumbuh
tegak pada ujung tanaman dan tersusun dalam tangkai (tandan) berukuran pendek
sampai panjang. Bunga krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan
standar. Krisan jenis spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 sampai 20
kumtum bunga berukuran kecil. Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga
hanya terdapat satu kuntum bunga berukuran besar.
Selain itu kalangan
floriskulturis juga membedakan bentuk bunga krisan dalam
lima macam (golongan), yaitu bentuk tunggal, anemone,
pompon, dekoratif dan bunga besar. Ciri-ciri
kelima bentuk bunga krisan tersebut adalah:
1)
Tunggal
Karakteristik bunga tunggal adalah pada
tiap tangkai terdapat 1 kumtum bunga, piringan dasar bunga sempit, dan susunan
mahkota bunga hanya satu lapis.
2)
Anemone
Bentuk bunga anemone mirip dengan bunga
tunggal, tetapi piringan dasar bunganya lebar dan tebal.
3)
Pompon
Bentuk bunga bulat seperti bola, mahkota
bunga menyebar kesemua arah, dan piringan dasar bunganya tidak tampak.
4)
Dekoratif
Bunga berbentuk bulat seperti pompon,
tetapi mahkota bunganya bertumpuk rapat, ditengah pendek dan bagian tepi
memanjang.
5)
Bunga
besar
Karakteristiknya adalah pada tiap tangkai
terdapat satu kuntum bunga, berukuran besar dengan diameter lebih dari 10 cm.
piringan dasar tidak tampak, mahkota bunganya memiliki banyak variasi, antara
lain melekuk ke dalam atau ke luar, pipih, panjang, bentuk sendok dan
lain-lain.

Daun
pada tanaman krisan merupakan ciri khas dari tanaman ini. Bentuk daun tanaman
krisan yaitu bagian tepi bercelah atau bergerigi, tersusun berselang-seling
pada cabang atau batang.

Buah yang dihasilkan
dari proses penyerbukan berisi banyak biji. Biji
digunakan untuk bahan perbanyakan tanaman secara generatif. Biji krisan
berukuran kecil dan berwarna cokelat sampai hitam.
Jenis dan varietas tanaman krisan di
Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda, Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia adalah:
Ò Krisan lokal (krisan kuno)
Berasal dari luar negeri, tetapi telah
lama dan beradaptasi di Indonesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-ciri
krisan lokal antara lain sifat hidupnya berhari netral dan lama siklus hidup
antara 7 bulan sampai 12 bulan dalam 1 kali penanaman.
Ò Krisan
introduksi (krisan modern atau krisanida)
Krisan introduksi
hidupnya berhari pendek dan siklus hidupnya pun relatif singkat sebagai tanaman
annual (musiman).
Ò Krisan produk Indonesia
Merupakan krisan hasil buatan Indonesia
yang dihasilkan oleh balai-balai penelitian yang ada di Indonesia.

Tanaman
Krisan termasuk ke dalam :
KINGDOM : Plantae
DIVISIO : Magnoliophyta
SUB-DIVISIO : Magnoliopsida
KELAS : Asterales
ORDO : Asterales
FAMILI (SUKU) :
Asteraceae
GENUS (MARGA) : Chrysanthenum
SPECIS (JENIS) :
Chrysanthemum morifolium
Bunga Krisan terdiri dari banyak specis.
Dari banyaknya species inilah kemudian mulai dikembangkan / disilangkan oleh
para pemulia,sehingga menghasilkan banyak cultivar yang baru dan hibrida. Dalam
penggunaannya krisan di kategorikan dalam tiga jenis, yaitu:
·
Cut mum (krisan potong),
·
Pot mum
(krisan pot), dan
·
Garden mum (krisan kebun).
Banyak
sekali hibrida dan ribuan kultivar dikembangkan untuk tujuan holtikultura, dan
menghasilkan krisan dengan berbagai macam variasi warna. Menurut US National
Chrysanthemum Society, Inc , Krisan mekar dibagi 13 bentuk yang berbeda, yang
sesuai dengan sistem klasifikasi internasional. Bentuk bunga dibagi berdasarkan
bagaimana mahkota disusun:
1. Irregular Incurve (membengkok tidak
rata): raksasa pada dunia krisan. Sering tidak ditunaskan untuk membentuk bunga
besar tunggal yang mekar (ogiku), kelopak bunga tersembunyi, mahkota
bunga yang menyembunyikan kelopak bunga juga ada yang bergantung
membentuk “rok’.
2. Reflex : kelopak bunga disembunyikan, dan
mahkota bunga tersusun ke atas dan membentuk penampilan seperti pel.
3. Regular Incurve (membengkok rata): hampir
sama dengan irregular incurves, Similar to the irregular incurves, hanya saja
biasanya bentuk mekar lebih kecil dan berbentuk hampir bulat sempurna. Kelopak
bunga tersembunyi. Bentuk ini biasa disebut “Chinese”.
4. Decorative: hampir sama dengan bentuk
“reflex” tetapi tanpa penampilan seperti pel. Kelopak bunga tersembunyi dan
mahkota bunga biasanya tidak tegak 90 derajat terhadap batang.
5. Intermediate Incurve: bentuk mekar antara
Irregular dan Regular incurves baik ukuran dan bentuk. Biasanya memiliki kuntum
yang longgar dan lebih luas. Kuntum bunga tersembunyi.
6. Pompon: *Catatan pengejaan bukan
“pompom”. Bunga mekar berganda, ukuran kecil, dan bentuk nyaris bulat sempurna.
7. Single/Semi-Double: bentuk mekar dengan
menunjukkan kelopak bunga, memiliki 1 sampai 7 helai mahkota. Pada umumnya
membentuk sudut kurang dari 90 derajat terhadap batang.
8. Anemone: Kelopak bunga tampak jelas,
kadang-kadang terangkat dan dibayangi oleh mahkota.
9. Spoon: Kelopak bunga terlihat dan mahkota
bunga berbentuk spatula panjang.
10. Quill: kelopak bunga tersembunyi dan
mahkota bunga berbentuk seperti pipa.
11. Spider: Kelopak bunga tersembunyi dan
mahkota bunga berbrntuk seperti pipa dengan ujung berduri dan menggantung di
sekitar batang.
12. Brush & Thistle: kelopak bunga
terlihat. Mahkota bunga berbentuk seperti tabung dan menutupi seluruh kepala
bunga atau sejajar dengan batang
13. Exotic: Jenis mekar yang bertentangan
dengan klasifikasi karena memiliki atribut lebih dari satu dari semua tipe
mekar yang ada.
Menurut
Haryani (1995) dalam Rukmana dan Mulyana (1997) menjelaskan secara singkat
deskripsi beberapa varietas krisan bunga potong antara lain:
a. Ellen van Langen
Bentuk bunga tunggal, berwarna putih,
diameter bunga 65 mm, dan diameter mata bunga 18 mm.
b. Gold van
Langen
Bentuk bunga
tunggal, berwarna kuning emas, diameter bunga 65 mm, dan diameter mata bunga 18
mm.
c. Paso Doble
Bentuk bunga anemoe,
berwarna putih merah, diameter bunga 56 mm, dan diameter mata bunga 30 mm.
d. Pink Paso
Doble
Bentuk bunga anemoe,
berwarna putih merah, diameter bunga 70 mm, dan diameter mata bunga 15 mm.
e. Reagen
Bentuk bunga single,
berwarna pink, diameter bunga dan mata bunga 75 mm dan 15 mm.
f.
Salmon Impala
Bentuk bunga single,
berwarna pink, diameter bunga dan mata bunga 70 mm dan 15 mm.
g. Klondike
Bentuk bunga single,
berwarna merah, diameter bunga dan mata bunga 65 mm dan 17 mm.
h. Puma
Bentuk bunga anemoe,
berwarna kuning, diameter bunga dan mata bunga 45 mm dan 25 mm.
i.
Yellow Puma
Bentuk bunga anemoe,
berwarna kuning, diameter bunga dan mata bunga 45 mm dan 25 mm.
j.
Peach Fiji
Bentuk bunga
dekorative, berwarna apricot, diameter bunga dan mata bunga 90 mm dan 20 mm.

Bunga krisan tumbuh tegak dengan
batang yang lunak dan berwarna hijau. Bagian tepi dari daun memiliki celah,
bergerigi, dan tersusun dengan berselang seling pada batang. Perakaran menyebar
hingga kedalaman 30-40 cm. Berdasarkan jumlah bunga yang dipelihara dalam satu
tangkai, bunga krisan dibagi ke dalam dua tipe yaitu tipe standar dan tipe
spray. Tipe standar hanya memiliki satu bunga pada satu tangkai dengan ukuran
bunga yang lebih besar, 30 sedangkan tipe spray memiliki 10-20 kuntum bunga
dalam tiap tangkainya dengan ukuran bunga yang kecil.

Jenis
dan varietas tanaman krisan di Indonesia umumnya hibrida berasal dari Belanda,
Amerika Serikat dan Jepang. Krisan yang ditanam di Indonesia terdiri atas: a)
Krisan lokal (krisan kuno) Berasal dari luar negri, tetapi telah lama dan
beradaptasi di Indoenesia maka dianggap sebagai krisan lokal. Ciri-cirinya
antara lain sifat hidup di hari netral dan siklus hidup antara 7-12 bulan dalam
satu kali penanaman. Contoh C. maximum berbunga kuning banyak ditanam di
Lembang dan berbunga putih di Cipanas (Cianjur). b) Krisan introduksi (krisan
modern atau krisan hibrida) Hidupnya berhari pendek dan bersifat sebagai
tanaman annual. Contoh krisan ini adalah C. indicum hybr. Dark Flamingo, C.
i.hybr. Dolaroid,C. i. Hybr. Indianapolis (berbunga kuning) Cossa, Clingo,
Fleyer (berbunga putih), Alexandra Van Zaal (berbunga merah) dan Pink Pingpong
(berbunga pink). c) Krisan produk Indonesia Balai Penelitian Tanaman Hias
Cipanas telah melepas varietas krisan buatan Indonesia yaitu varietas Balithi
27.108, 13.97, 27.177, 28.7 dan 30.13A.
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. 2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. 3) Suhu udara terbaik untukdaerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C. 4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. 5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.
Kegunaan tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah sebagai tumbuhan obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai: a) Bunga pot Ditandai dengan sosok tanaman kecil, tingginya 20-40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di pot, polibag atau wadah lainnya. Contoh krisan mini (diameter bunga kecil) ini adalah varietas Lilac Cindy (bunga warna ping keungu-unguan), Pearl Cindy (putih kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya dari Belanda).Krisan introduksi berbunga besar banyak ditanam sebagai bunga pot, terdapat 12 varitas krisan pot di Indonesia, yang terbanyak ditanam adalah varietas Delano (ungu), Rage (merah) dan Time (kuning). b) Bunga potong Ditandai dengan sosok bunga berukuran pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang, ukuran bervariasi (kecil, menengah dan besar), umumnya ditanam di lapangan dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contoh bunga potong amat banyak antara lain Inga, Improved funshine, Brides, Green peas, Great verhagen, Puma, Reagen, Cheetah, Klondike dll. Daerah sentra produsen krisan antara lain: Cipanas, Cisarua, Sukabumi, Lembang (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Brastagi (Sumatera Utara).
Tanaman krisan membutuhkan air yang memadai, tetapi tidak tahan terhadap terpaan air hujan. Oleh karena itu untuk daerah yang curah hujannya tinggi, penanaman dilakukan di dalam bangunan rumah plastik. 2) Untuk pembungaan membutuhkan cahaya yang lebih lama yaitu dengan bantuan cahaya dari lampu TL dan lampu pijar. Penambahan penyinaran yang paling baik adalah tengah malam antara jam 22.30–01.00 dengan lampu 150 watt untuk areal 9 m2 dan lampu dipasang setinggi 1,5 m dari permukaan tanah. Periode pemasangan lampu dilakukan sampai fase vegetatif (2-8 minggu) untuk mendorong pembentukan bunga. 3) Suhu udara terbaik untukdaerah tropis seperti Indonesia adalah antara 20-26 derajat C. Toleran suhu udara untuk tetap tumbuh adalah 17-30 derajat C. 4) Tanaman krisan membutuhkan kelembaban yang tinggi untuk awal pembentukan akar bibit, setek diperlukan 90-95%. Tanaman muda sampai dewasa antara 70- 80%, diimbangi dengan sirkulasi udara yang memadai. 5) Kadar CO2 di alam sekitar 3000 ppm. Kadar CO2 yang ideal untuk memacu fotosistesa antara 600-900 ppm. Pada pembudidayaan tanaman krisan dalam bangunan tertutup, seperti rumah plastik, greenhouse, dapat ditambahkan CO2, hingga mencapai kadar yang dianjurkan.

Pengambilan eksplan atau sumber
eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman induk krisan di
rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di laboratorium kultur
jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang digunakan untuk
tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas dan media
perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas adalah½ MS +
0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½ MS + 0.1 IAA
Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan eksplan
merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman,
bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya,
kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang
digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena
mempunyai regenerasi yang tinggi.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.

Pengambilan
eksplan atau sumber eksplan krisan berupa pucuk dan nodus berasal dari tanaman
induk krisan di rumah kaca perbenihan Balithi Segunung dan planlet di
laboratorium kultur jaringan Balithi Segunung. Pembuatan Media MS Media yang
digunakan untuk tanaman krisan di Balithi Segunung adalah media induksi tunas
dan media perbanyakan. Komposisi media yang digunakan untuk induksi tunas
adalah½ MS + 0.5 IAA komposisi media yang digunakan untuk perbanyakan adalah½
MS + 0.1 IAA Menyiapkan Eksplan Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan
eksplan merupakan factor penting penentu keberhasilan. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan sebagai bahan kultur adalah jenis tanaman,
bagian tanaman yang digunakan, morfologi permukaan, lingkungan tumbuhnya,
kondisi tanaman, dan musim waktu mengambilnya. Umumnya bagian tanaman yang
digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang aktif karena
mempunyai regenerasi yang tinggi.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.
Eksplan yang digunakan pada tanaman krisan adalah nodus karena untuk menginduks tunas aksilar. Kultur Aseptik Krisan Sterilisasi Sterilisasi merupakan kegiatan untuk menghilangkan kontaminan organisme yang menempel di permukaan eksplan. Tujuan utama tahap ini adalah mengusahakan kultur yang aseptik dan aksenik. Aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sedangkan aseptic berarti bebas dari mikroorganisme.

Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman kegiatan pertama harus dilakukan adalah memilih tanaman induk yang hendak diperbanya. Seleksi untuk mendapatkan klon-klon yang dikehendaki. Klon yang mempunyai sifat beda, unik, stabil dan seragam kemudian dijadikan tanaman induk tunggal dan sebagai tanaman donor (bahan eksplan) untuk perbanyakan secara in vitro. Planlet (tanaman) hasil dari perbanyakan in vitro kemudian diaklimatisasi di rumah kaca. Setelah tanaman beradaptasi dengan lingkungan rumah kaca kemudian diperbanyak untuk keperluan tanaman induk yang akan menghasilkan tanaman produksi.
Penting sekali untuk lingkungan tanamn induk tersebut harus heginis untuk mendapatkan eksplan yang berkualitas dan lebih bersih untuk pembiakan in-vintro.
Pengerjaannya dilakukan dalam ruang laminar agar terhindar dari kontaminan. Penanamannya dikelompokkan berdasarkan nomor ruas. Setiap botol diisi 5 eksplan dan diulang empat kali. Botol kultur selanjutnya diinkubasi dalam ruang pertumbuhan dengan pencahayaan 16 jam di bawah lampu fluoresen 40 watt, suhu 24-26 oC, dan kelembapan 60-80% hingga eksplan tumbuh menjadi planlet (tanaman hasil kultur jaringan yang telah lengkap memiliki bagian-bagian tanaman yang meliputi akar, batang, dan daun)

1. Mengambil eksplan yang telah diseleksi
berdasarkan ketahanan vigor, hama penyakit, dan jumlah daun 4 - 5 helai atau 3
- 4 nodus.
2. Memotong eksplan per nodus dengan
mengurangi atau memotong sebagian helai daun.
3. Eksplan direndam dalam larutan Benlatte
dan Bactomicyn (fungisida dan bakterisida), masing-masing sebanyak 1 g/300 ml aquades
sambil dikocok-jocok selama 30 menit.
4. Membilas eksplan dengan air aquadest
sebanyak 4 - 5 kali.
5. Selanjutnya eksplan dibawa ke laminar.
6. Eksplan dimasukkan ke dalam larutan tween
2 tetes/100 ml aquades sambil dikocok-kocok selama 5 menit.
7. Eksplan dimasukkan ke dalam larutan
Chlorox 0.5 % selama 5 menit sambil dikocok-kocok.
8. Selanjutnya eksplan dimasukkan ke dalam
larutan Chlorox 1 % selama 3 menit sambil dikocok-kocok.
9. Eksplan dibilas dengan air destilasi
sebanyak 5 - 6 kali.

Penanaman eksplan ke dalam botol kultur disebut dengan
inokulasi. Kegiatan ini dilakukan setelah eksplan disterilisasi, diawali dengan
memotong bagian permukaan eksplan. Selanjutnya eksplan berupa nodus ditanam
sebanyak dua buah dalam media ½ MS + IAA 0.5 mg/l, sedangkan eksplan berupa
pucuk tidak perlu ditanam, cukup diletakkan saja pada media yang sama sebanyak
3 buah. Sebelum ditutup dengan plastik wrap, plastik transparan, dan karet,
botol media yang telah ditanami terlebih dahulu dipanaskan di atas api bunsen.
Selanjutnya botol diberi label jenis tanaman dan tanggal penanaman. Eksplan
yang telah dikulturkan dibawa ke ruang inkubasi dan dibiarkan sampai tumbuh.

Cutting atau Multipikasi bertujuan
untuk memperbanyak propagul sedangkan, Sub kultur adalah usaha untuk
menggantikan media dalam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat terpenuhi. Berikut ini adalah uraian
tentang teknik pelaksaan sub kultur pada media padat. Dari media pertama,
kultur dipindahkan ke media regerasi selama sekitar tiga minggu. Setelah itu,
apabila kita bertujuan untuk memperbanyak propagul atau multifikasi, maka kita
lakukan pemindahan media baru dan apabila tanamannya berbatang maka kita
lakukan stek/ cutting contohnya pada tanaman krisan kita perbanyak dengan cara
memotong perbuku. Atau per dua buku tergantung titik tumbuh daun, yang akan
menjadi cabang baru.
Namun biasanya cuttig krisan dilakukan stelah tanamn tumbuh sempurna dan besar. Hal ini untuk memeudahkan perbanyakan, sehingga dapat memeprbanyak tanpa batas.
Tunas-tunas hasil perbanyakan di laboratorium kultur jaringan diseleksi untuk memperoleh tunas yang pertumbuhannya sehat, vigor baik, dan tidak menunjukkan gejala penyimpangan. Tunas terpilih kemudian dikeluarkan dari botol secara hati-hati dengan menggunakan pisau skalpel, kemudian dipotong tiap ruas/buku dari ruas 1 sampai 4. Pemotongan dilakukan di dalam petridis menggunakan pisau kultur. Bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk atau ruas 1, 2, 3, dan 4. dan stelah itu dimasukan kedalam media sub kultur dengan media ½ MS + 0.5 IAA.Pembentukan akar umumnya dimulai dengan pemindahan indol acetic acid (IAA) yang diproduksi pucuk tanaman ke bagian batang yang luka untuk menstimulasi pembentukan akar (Brenner et al. 1987).
Setelah pomotongan, umumnya setek tidak sensitif terhadap hormon. Pada fase ini terjadi dediferensiasi, sel-sel menjadi kompeten dan responsif terhadap hormon. Setelah itu sel-sel aktif membelah (bersifat meristematik) diikuti dengan pembentukan primordia akar, pembentukan akar hingga akar tumbuh dan berkembang (De Klerk et al. 1999). Auksin umumnya berperan penting dalam inisiasi pembentukan akar. Peran auksin akan optimal bila faktor lingkungan juga optimal.
Namun biasanya cuttig krisan dilakukan stelah tanamn tumbuh sempurna dan besar. Hal ini untuk memeudahkan perbanyakan, sehingga dapat memeprbanyak tanpa batas.
Tunas-tunas hasil perbanyakan di laboratorium kultur jaringan diseleksi untuk memperoleh tunas yang pertumbuhannya sehat, vigor baik, dan tidak menunjukkan gejala penyimpangan. Tunas terpilih kemudian dikeluarkan dari botol secara hati-hati dengan menggunakan pisau skalpel, kemudian dipotong tiap ruas/buku dari ruas 1 sampai 4. Pemotongan dilakukan di dalam petridis menggunakan pisau kultur. Bagian tanaman yang digunakan adalah pucuk atau ruas 1, 2, 3, dan 4. dan stelah itu dimasukan kedalam media sub kultur dengan media ½ MS + 0.5 IAA.Pembentukan akar umumnya dimulai dengan pemindahan indol acetic acid (IAA) yang diproduksi pucuk tanaman ke bagian batang yang luka untuk menstimulasi pembentukan akar (Brenner et al. 1987).
Setelah pomotongan, umumnya setek tidak sensitif terhadap hormon. Pada fase ini terjadi dediferensiasi, sel-sel menjadi kompeten dan responsif terhadap hormon. Setelah itu sel-sel aktif membelah (bersifat meristematik) diikuti dengan pembentukan primordia akar, pembentukan akar hingga akar tumbuh dan berkembang (De Klerk et al. 1999). Auksin umumnya berperan penting dalam inisiasi pembentukan akar. Peran auksin akan optimal bila faktor lingkungan juga optimal.

Aklimatisasi merupakan kegiatan
akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet
dari lingkungan yang terkontrol ke kondisi lingkungan tak terkendali, baik
suhu, cahaya, dan kelembaban. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan
tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam dan
dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui kemampuan adaptasi
tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Perubahan kondisi lingkungan yang drastis, dari lingkungan terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil ke suhu lingkungan yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan fluktuatif, dan dari cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan tanaman mudah mengalami cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap, seperti yang diterapkan Winarto (2002) pada anyelir. Aklimatisasi akan membantu tanaman beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode tidak langsung (indirect).
Perubahan kondisi lingkungan yang drastis, dari lingkungan terkontrol ke tidak terkontrol, dari suhu relatif stabil ke suhu lingkungan yang fluktuatif, dari kelembapan tinggi ke rendah dan fluktuatif, dan dari cahaya rendah ke cahaya tinggi pada umumnya menyebabkan tanaman mudah mengalami cekaman atau stres, kehilangan air, layu, dan mati Oleh karena itu, proses aklimatisasi perlu dilakukan secara bertahap, seperti yang diterapkan Winarto (2002) pada anyelir. Aklimatisasi akan membantu tanaman beradaptasi terhadap perubahan kondisi lingkungan seperti suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya.
Metode aklimatisasi dibagi menjadi 2, yaitu metode langsung (direct) dan metode tidak langsung (indirect).
©
Metode langsung:
1.Menyiapkan
planlet dalam botol yang akan diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara
hati-hati dari dalam botol.
2.Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan air.
3.Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
4.Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5.Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6.Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam bak aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7.Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil sampai siap untuk di tanam di lapang.
2.Membersihkan akar tanaman dari agar-agar yang masih melekat dengan air.
3.Merendam akar tanaman dalam larutan fungisida dan bakterisida selama 5 menit.
4.Menanam tanaman pada bak media arang sekam yang telah dibasahi.
5.Tutup bak dengan plastik transparan selam 1 - 2 minggu.
6.Setelah 1 -2 minggu plastik dibuka dan tanaman dibiarkan tumbuh dan berkembang dalam bak aklimatisasi hingga minggu ketiga sampai keempat.
7.Selanjutnya tanaman dipindahkan ke dalam polibag-polibag kecil sampai siap untuk di tanam di lapang.
©
Metode tidak langsung:
1. Menyiapkan planlet dalam botol yang akan
diaklimatisasi dan mengeluarkan planlet secara hati-hati dari dalam botol.
2. Memotong tanaman tepat pada bagian bawah
nodus ketiga kemudian merendamnya dalam larutan fungisida dan bakterisida
selama 5 menit.
3. Menanam tanaman pada bak media arang
sekam yang telah dibasahi.
4. Tutup bak dengan plastik transparan selam
1 - 2 minggu. Aklimatisasi Planlet di Rumah Kaca Aklimatisasi merupakan tahap
penting dalam proses kultur jaringan. Tahap ini sering kali menjadi titik
kritis dalam aplikasi teknik kultur jaringan. Aklimatisasi diperlukan karena
tanaman hasil kultur jaringan umumnya memiliki lapisan lilin tipis dan belum
berkembang dengan baik, sel-sel dalam palisade belum berkembang maksimal,
jaringan pembuluh dari akar ke pucuk kurang berkembang, dan stomata sering kali
tidak berfungsi, yaitu tidak dapat menutup pada saat penguapan tinggi.

Kultur jaringan merupakan suatu metode untuk merangsang jaringan-jaringan biji (generatif), serta jaringan-jaringan batang, daun, tunas, dan akar (vegetatif) dengan menempatkan jaringan-jaringan tersebut dalam media semai khusus yang berupa padatan atau cairan yang sudah disterilkan sehingga terbebas dari mikroorganisme. Kultur jaringan lebih efektif digunakan untuk pembibitan vegetatif.
Adapun tahapan-tahapan untuk mendapatkan bibit bunga krisan dengan menggunakan kultur jaringan, antara lain:
a) Menyeleksi induk krisan
Pertama menyeleksi induk krisan agar mendapatkan induk yang berkualitas, sehingga bibit yang dihasilkan berkualitas pula. Ciri induk krisan yang berkualitas adalah pertumbuhan bunganya cepat, memiliki produktivitas bunga yang cukup tinggi, tidak terserang hama dan penyakit (dalam kondisi sehat), serta memiliki banyak mata tunas.
b) Pengambilan mata tunas
Proses selanjutnya potong mata tunas dengan suet yang steril, kemudian mata tunas tersebut direndam selama 10 menit dalam Sublimat 0,04 % HgCL. Jika telah selesai, bilas mata tunas tersebut dengan air suling yang steril.
c) Eksplan (penempatan mata tunas) pada medium padat
Sebelum mata tunas ditempatkan pada medium, perlu adanya persiapan untuk membuat medium tersebut. Medium yang diperlukan adalah medium MS padat yang dicampurkan dengan 150 ml air kelapa per liter, 1,5 mg kinetin per liter, dan 0,5 mg NAA per liter di dalam sebuah wadah yang steril, biasanya wadah yang digunakan adalah botol. Setelah medium dibuat, kemudian masukan mata tunas tadi ke dalam medium tersebut (botol). Mata tunas mulai berakar setelah 26 hari ditempatkan di medium dan mulai tumbuh tunas setelah 3 hari tumbuh akar.
d) Penyemaian bibit
Proses selanjutnya bibit dipindahkan di medium penyemaian yang berupa pasir yang sudah steril (setelah mata tunas sudah berakar dan bertunas di dalam medium), dengan kedalaman tanam disesuaikan dengan ukuran bibit. Setelah ditanam, kemudian ditutup dengan plastik bening agar mendapatkan cahaya lampu dan tempatkan di tempat yang terbebas dari mikroorganisme (aseptik). Buka penutup plastik bening pada sore dan malam hari sekitar 1-2 hari sebelum bibit dipindahkan ke kebun.
e) Penanaman bibit di kebun
Bibit krisan dapat dipindahkan di kebun ketika sudah tumbuh dengan ketinggian kurang Iebih 9 cm dan memiliki daun beberapa helai.
Banyak masyarakat menjadikan
pembudidayaan Bunga Krisan sebagai agrobisnis karena jumlah permintaan pasar
yang sangat besar, sehingga dapat dijadikan ladang usaha yang bagus. Adapula
beberapa orang yang menekuni pembudidayaan bunga krisan sebagai kegiatan
penyaluran hobi.
Bagi
pemula yang berniat untuk membudidayakan bunga krisan, hal yang perlu
diperhatikan bagaimana dapat memperoleh bibit bunga krisan. Bibit bunga krisan
dapat berupa biji yang banyak diperjualbelikan di toko-toko bunga hias/ toko
pertanian bunga. Bibit bunga krisan dapat juga diperoleh dari stek batang bunga
krisan. Stek batang memiliki beberapa keuntungan dibanding dengan biji, antara
lain: pertumbuhannya dan pembungaannya lebih cepat, mudah dilakukan.
Krisan dapat tumbuh baik pada daerah
dengan ketinggian tempatdiatas permukaan laut sekitar 700- 1200 m. dan dapat
tumbuh jugahampir semua tanah, dengan persyaratan mengandung banyak haradalam
tanah itu. sedangkan derajat keasaman (pH) yang baik untuk tanaman krisan
adalah 5,5-6,5 dengan kelembaban 900C, 95% pada awal
pertumbuhan akar dan 70-85% pada tanaman dewasa. Pada fasevegetatif, krisan
membutuhkan kisaran suhu optimal 220– 280C pada siang hari dan tidak melebihi 260
C pada malam hari. Sedangkan untuk fase generatif adalah 160C-
180 C.


Krisan dapat diperbanyak secara vegetatif
maupun secara generatif. Perbanyakan secara vegetatif dilakukan dengan
stek pucuk, sedangkan perbanyakan secara generatif dilakukan dengan
biji.Stek yang telah diambil dari tanaman induk terlebih dahulu diakarkan
pada tempat pengakaran dalam kondisi haripanjang (pemberian lampu selama 4 jam
pada malam hari). Setelah 14-20 hari dari tempat pengakaran stek sudah dapat
ditanam diareal tanamatau pot. Untuk membudidayakan krisan potong diperlukan
rumahlindung, berupa rumah plastik yang bertujuan untuk menghindaritanaman dari
curahan hujan secara langsung, yang dapat memicuserangan hama dan penyakit dan
kerusakan fisik oleh air hujan
Selesai
penanaman dilanjutkan dengan penyiraman tanaman,yang disesuaikan dengan kondisi
tanah. Penyiraman harus merata dansampai basah penuh, dilakukan pagi dan sore
hari.
.




Langkah-langkah untuk membuat bibit bunga krisan dari
stek batang, yang pertama adalah mempersiapkan alat dan bahan. Alatnya antara
lain: nampan plasik yang memiliki ukuran 30 x 20 x 3 cm, sekop kecil, pisau
tajam/ cutter, sprayer. Bahannya antara lain; tanah, tumbuhan bunga krisan yang
telah dewasa, , hormon perangsang akar (rootone), pupuk kandang, pupuk kompos,
dan air. Langkah kedua adalah membuat media tanamnya. Tanah, pupuk kandang,
pupuk kompos dicampur secara dengan perbandingan 1:1:1 dan diletakkan di nampan
lalu diratakan. Buat lubang di media tanam dengan jarak 2 cm. Semprot dengan
air menggunakan sprayer agar tanah menjadi lembab. Langkah ketiga yaitu
memotong batang bunga krisan dengan ukuran 6-8 cm menggunakan pisau atau cutter
yang tajam, lalu olesi dengan rootone, kemudian tanam ke media tanam yang telah
disiapkan. Bibit yang telah ditanam diletakkan pada tempat yang teduh atau
tidak terkena cahaya matahari langsung.
Media
tumbuh perakaran stek.
1. Agar pertumbuhan akar stek tidak
terhambat, pilihlah media untuk perakaran stek yang mempunyai sifat menahan air
yang tinggi, antara lain : arang sekam, sekam, atau pasir.
2. Sterilkan dengan uap panas 800c selama 4
jam dan kering anginkan selama 2 hari.
3. Letakkan media tersebut pada bak-bak
pengakaran yang lebamya 80 cm dan ratakan. Kemudian basahilah dengan air atau
gunakan larutan pestisida dosis rendah untuk mencegah serangan penyakit pada
stek selama proses pengakaran.
4. Ambil pucuk tunas aksiler dari tanaman
induk yang sehat dan tumbuh optimal serta mempunyai 5 - 7 daun sempurna. Agar
kualitas stek yang dihasilkan terjaga, pengambilan stek sebaiknya dari tanaman
induk untuk produksi stek bukan tanaman produksi bunga.
5. Potonglah tunas tersebut dengan menggunakan
pisau yang steril. Sisakan 2 - 3 daun pada batang tanaman induk. Kemudian
letakkan pada wadah, semprot dengan larutan fungisida dan bakterisida. -
Celupkan pangkal tangkai stek pucuk tersebut pada zat pengatur tumbuh,
tancapkan pada media pengakaran stek.
6. Setelah +14 hari, cabutlah stek pucuk
tersebut secara perlahan-lahan supaya akar tidak rusak dan stek pucuk siap
ditanam dirumah lindung.
Selama pemeliharaan, penyiraman
menggunakan sprayer dilakukan sebanyak dua kali yaitu siang hari dan sore hari.
Dalam 2 minggu, bibit akan tumbuh secara normal, dan akan mengalami pembungaan
sekitar 4 minggu setelah dewasa. Untuk merangsang pembungaan dapat diberi pupuk
yang mengandung banyak kalium dan juga dapat dirangsang dengan penyinaran rutin
pada malam hari. Setelah bunga mengeluarkan kuncup, bunga krisan dapat
dipasarkan.



Teknik hidroponik yaitu suatu metode bercocok tanam tanpa
menggunakan media tanah, melainkan dengan menggunakan larutan mineral
bernutrisi atau bahan lainnya yang mengandung unsur hara seperti sabut kelapa,
serat mineral, pasir, pecahan batu bata, serbuk kayu, dan lain-lain sebagai
pengganti media tanah.
Dalam
hidroponik tidak lagi digunakan tanah, hanya dibutuhkan air yang ditambah
dengan nutrien atau pupuk sebagai sumber makanan bagi tanaman. Media untuk
tanaman hidroponik bermacam-macam, antara lain, arang sekam, pasir, zeolit,
gambut, dan sabut kelapa. Masing-masing medium memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaannya. Irigasi atau pengairan sangat penting dalam
pertumbuhan tanamanam. Secara garis besar, irigasi dalam sistem hidroponik
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sistem air menggenang dan sistem air
mengalir. Dalam sistem air menggenang, air atau larutan yang diberikan
ditampung dalam wadah atau pot sehingga tergenang. Sedangkan pada sistem air
mengalir, air dialirkan terus-menerus sehingga tidak ada yang tergenang.
Sistem
penanaman krisan secara hidroponik memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan sistem penanaman di tanah, antara lain:
(1) dapat dilakukan pada lahan sempit;
(2) dapat dilakukan pada berbagai kondisi
lahan;
(3) tanaman lebih jarang terserang hama
dan penyakit;
(4) pertumbuhan tanaman dapat lebih
terkontrol;
(5) hasilnya bersih karena media yang
digunakan bukan tanah;
(6) pemberian pupuk lebih efisien dn
menghemat penggunaan tenaga kerja;
(7) dapat menghasilkan produk dengan
kuantitas dan kualitas yang tinggi sehingga nilai jual lebih tinggi.
Hidroponik
sangat cocok dikembangkan untuk tanaman hias, tetaapi hidroponik juga
berkembang untuk tanaman sayuran dan buah-buahan. Jenis bunga yang dapat
dibudidayakan secara hidroponik antara lain krisan, mawar, anggrek berbagai
jenis adenium

ü Langkah langkah
Kesesuaian lahan dan iklim
untuk budidaya krisan pot sama dengan kesesuaian lokasi (agroklimat) krisan
potong, sehingga paparan berikut ini lebih banyak menjelaskan kepada aspek
khusus budidaya krisan pot sebagai berikut.
v
Media Tanam. Pertimbangan khusus dalam menentukan media tanam adalah mudah
didapat, harga relatif murah, ringan dan harus memiliki sifat-sifat fisik dan
kimia yang bisa mendukung pertumbuhan akar dan serapan hara secara optimal.
Sifat fisik yang penting adalah media harus ringan, gembur dan memiliki aerasi
cukup baik.
Sedangkan sifat kimianya adalah
derajat keasaman media netral dengan pH 5.52-6.7, memiliki Eectric Conductivity
(EC) rendah sehingga tidak ada kekhawatiran keracunan unsur tertentu. Bahan
yang banyak digunakan adalah serbuk sabut kelapa (cocopeat) dan arang sekam.
Gambut memiliki daya pegang air cukup tinggi, dan partikel-partikelnya banyak
membentuk gumpalan-gumpalan kecil sehingga membentuk rongga-rongga udara. Untuk mengurangi rongga ini perlu ditambahkan
bahan lain yang bisa mengisinya seperti serbuk sabut kelapa dan sekam bakar.
Cocopeat memiliki daya pegang air cukup baik dan tidak membentuk gumpalan antar
partikelnya sehingga bisa digunakan untuk mengisi rongga. Komposisi media yang
baik untuk krisan pot adalah campuran dari gambut (peat), cocopeat dan arang
sekam dengan perbandingan volume 4:4:1.
v
Bibit. Tinggi bibit untuk krisan pot tidak boleh lebih dari 5 cm. bibit
yang terlalu tinggi menyebabkan pertunasan yang kurang kompak, tunas yang
terbentuk berjauhan sehingga bagian bawah tanaman menjadi kurang rimbun.
Jumlah bibit yang ditanam dalam satu pot bisa bervariasi. Untuk
ukuran pot 14 -15 cm bisa ditanam 5-6 bibit. Untuk menentukan jumlah bibit yang
ditanam dalam satu pot juga harus
mempertimbangkan produktivitas tunas dari jenis yang ditanam. Untuk jenis yang
hanya mengeluarkan tunas sedikit,
dibutuhkan jumlah bibit agak banyak, sehingga tanaman pot agak rimbun.
Cara penanamannya satu bibit
ditanam cepat ditengah pot dengan posisi tegak lurus, kemudian bibit lainnya
ditanam dibagian pinggir pot dengan posisi agak condong keluar agar tunas yang
dihasikan menyebar keluar sehingga tanaman pot terlihat lebih besar dan rimbun.
Berikut adalah gambar penempatan bibit krisan pot

v
Penyiraman. Penyiraman tanaman pot bisa dilakukan dengan cara manual atau
menggunakan alat bantu sistem irigasi. Beberapa pertimbangan dalam menentukan
pertimbangan adalah frekuensi penyiraman, kualitas air, penyiraman tidak kena
daun, penyiraman dilakukan sekaligus dengan pupuk. Untuk memenuhi persyaratan
penyiraman yang baik, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar hasil
penyiraman lebih efisien:
·
Sistem rendam. Penyiraman dengan merendam sebagian pot ke dalam
air setinggi 5-10 cm, selama beberapa menit, secara kapiler air dan pupuk
bergerak dari bagian bawah pot ke permukaan atas media, sistem ini mengandalkan
daya kapiler media terhadap air yang akan merambat dari bawah ke atas. Pada
fase colouring (fase terakhir perkembangan tanaman krisan pot, saat warna bunga
mulai muncul) tanaman harus dipindahkan ke tempat khusus dan sistem
pengairannya biasanya menggunakan sistem rendam untuk memudahkan panen.

v
Perendaman Tanaman Krisan.
Sistem
drip. Dengan sistem drip (irigasi tetes) setiap pot disambungkan dengan selang
yang mempunyai jarum untuk mengatur keluarnya air dan sebagai jalan tetesan air
ke media. Dengan menggunakan sistem drip, pemupukan bisa dimasukkan ke dalam
alat irigasi. Pupuk yang digunakan harus yang mudah larut ke dalam air agar
lubang drip tidak mudah tersumbat dan pupuk lebih mudah diserap oleh tanaman.
Biasanya pada fase short day krisan pot dipindahkan ke tempat lain dan sistem
pengairannya menggunakan sistem drip


v
Pemupukan. Pemilihan komposisi pupuk untuk krisan pot dilakukan dengan
mempertimbangkan besarnya biaya produksi. Contoh pada tabel adalah komposisi
pemupukan krisan pot yang digunakan di PT Kebun Ciputri.
Komposisi Pupuk untuk Larutan
Pekat
Jenis
pupuk
|
Jumlah (gram)
|
|
Stok A (20 liter)
|
||
Ca(NO3)2. 4H2O
|
2.880
|
|
KNO3
|
1.814
|
|
Stok B (20 liter)
|
||
KNO3
|
1.476
|
|
MnSO4.4H2O
|
5,76
|
|
ZnSO4.7H2O
|
0,9288
|
|
Borak
|
7,099
|
|
Na2MoO4.2H2O
|
0,269
|
|
MgSo4.7H2O
|
1.364,6
|
|
FeSo4.7H2O
|
85,76
|
|
Kristalon hijau
|
1.754,4
|
|
Sumber
: Cahyono (1999) dalam Supari (1999).
Bahan pupuk dapat dibuat dari senyawa kimia lainnya
sesuai dengan ketersediaan bahan dipasar dan juga dari harga yang lebih ekonomis.
Akan tetapi yang terpenting adalah komposisi dari masing-masing unsurnya.
Pada tabel disajikan pedoman untuk komposisi
unsur pupuk.
. Komposisi Unsur Pupuk dalam 1 liter Larutan Pekat
Unsur
|
Jumlah
(gram)
|
K
|
38,86
|
N-Nos
|
26,26
|
N-NH2
|
1,58
|
P
|
3,43
|
Ca
|
12,23
|
Mg
|
4,08
|
Mn
|
0,124
|
Zn
|
0,032
|
B
|
0,049
|
Cu
|
0,0263
|
Mo
|
0,0066
|
Fe
|
0,489
|
Sumber : Cahyono (1999) dalam Supari
(1999)
Pengaturan Panjang Hari.
Krisan pot memiliki fisiologi sama dengan krisan potong, yaitu memiliki respon
terhadap fotoperiodisasi. Lama penyinaran yang tepat untuk iklim Indonesia
14-16 jam sehari, sehingga pada daerah tropis paling tidak tanaman krisan perlu
tambahan cahaya selama dua jam dengan intensitas cahaya minimal 40 lux bila
menggunakan lampu TL dan 70 lux apabila menggunakan lampu pijar. Pemberian
cahaya lampu dilakukan sejak awal tanam sampai tunas lateral yang keluar dari
ketiak daun, tumbuh sepanjang 2-3 cm. Bila tunas yang keluar sudah cukup, maka
tanaman akan masuk fase short day. Supaya bunga mekar secara serempak, ada
penanam krisan pot yang melakukan blackout pada malam hari yaitu menutup
tanaman dengan plastik hitam atau kain hitam sedemikian rupa sehingga cahaya
dari luar sama sekali tidak mengenai tanaman.
Pinching dan Disbudding. Pinching adalah membuang
pucuk terminal dari bibit asal, hal ini dilakukan untuk menghentikan dominasi
tunas apikal untuk merangsang tumbuhnya tunas-tunas lateral dari ketiak daun.
Dari setiap bibit diharapkan mengeluarkan tuns lateral sebanyak 3-4 tunas
produktif, sedangkan tunas-tunas yang kecil atau tidak peroduktif harus
dibuang, sehingga kualitas tunas yang dipelihara benar-benar bagus. Pinching
(Gambar 5. 4.) dilakukan setelah tanaman memiliki lima daun sempurna, dan yang
dibuang adalah tunas diantara daun keempat dan kelima, bila daun pertama
dihitung dari bawah. Tanaman yang dipinching telah berumur lebih dari 10-14
hari setelah bibit ditanam. Pinching harus dilakukan tepat waktu. Apabila
terlambat maka internode dari bibit akan terlalu panjang, akibatnya jarak antar
tunas yang akan tumbuh saling berjauhan.

Kegiatan Pinching Disbudding adalah pembuangan bakal bunga yang tidak diinginkan
sesuai dengan tujuan pembentukan bunga. Disbudding dilakukan setelah bakal bunga yang tidak diharapkan mulai
tumbuh dan siap dibuang tanpa mengganggu bakal bunga yang siap untuk
dipelihara.

ZPT digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman: merangsang pertumbuhan tanaman atau menekan pertumbuhan
tanaman. Pada krisan pot, pemberian ZPT diupayakan untuk merangsang pertumbuhan
tunas dan daun sehingga membentuk tanaman menjadi tanaman pot yang kompak,
rimbun dan indah. Salah satu ZPT yang biasa digunakan untuk mempercepat
pertunasan adalah Hobsanol. Penyemprotan Hobsanol dilakukan setelah pinching
dan seminggu setelah aplikasi yang pertama. Untuk menekan pertumbuhan agar
krisan pot tidak terlalu tinggi maka digunakan alar atau cultar.

Untuk mendapatkan bunga yang diharapkan
sesuai dengan waktu yangdibutuhkan, maka perlu dilakukan penambahan cahaya pada
tanaman.Penambahan cahaya
bertujuan untuk
memenuhi
kebutuhan tanamanakan cahaya matahari, untuk memacu pertumbuhan organ vegetatif.Untuk tujuan bunga potong,
maka penambahan cahaya selama 4 jamsejak tanam, sampai umur 1 bulan. Setelah sebulan
penambahan cahayadihentikan.Teknik
meletakan lampuyaitu dengan mengatur setiaptitik lampu 3 m, dengan
asumsi jangkauan setiap titik lampu 1,5m. gunakan lampu pijar 75 wattatau
lampu mengandung ultra violet 15 watt. Pengaturan nyala lampuuntuk penyinaran
di malam hari, menggunakantimer.Matikan timer setelah tanaman memasuki vase generatif yaitu pada
umur tanaman di lapangan 1 bulan dengan tinggi tanaman berkisar 35-45 cm.
Jikatinggi tanaman belum tercapai yaitu kurang dari 35-45 cm, maka
perluditambah waktu penerangan selama 1 minggu.

Hal pentingyang harus dilakukan adalah
pemeliharaan tanaman selama fase siapproduksi. Pada fase ini umur tanaman 1
bulan, perlu dilakukanpenambahan pupuk.
Penambahan pupuk disesuaikan keadaan tanaman, jikapertumbuhan baik
tidak perlu pemupukan, tapi bila kurang baik disarankan menggunakan pupuk
Growmore Pospat tinggi.Jika ada gulma, maka lakukan penyiangan gulma
disekitartanaman. Setelah umur 60 hari setelah tanam, harus dilakukan pinching (membuang
tunas samping untuk bunga krisan tujuan standart) dan
tipesprey lakukan
toping (membuang bunga pertama.

Setelah tanaman memasuki vase generatif,
yaitu tanaman telahberumur 30 hari, maka perlu diaplikasikan pupuk NPK dengan
dosis 50gram per meter persegi, dengan cara pupuk dimasukkan pada larikanantar
barisan tanaman bersih.

Kualitas krisan pot sangat ditentukan oleh kesehatan
tanaman, sehingga pemeliharaan tanaman mulai dari tanam sampai siap untuk
dipasarkan harus dilakukan secara cermat. Untuk mendapatkan kualitas tanaman
pot yang prima maka pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara
intensif. Adapun hama dan penyakit tanaman yang banyak menyerang krisan pot
adalah sama dengan krisan potong yaitu pengorok daun, thrips, aphids, ulat ,
dan karat putih.
Untuk dapat menanggulangi hama, penyakit
dan gulma yang mengganggu tanaman, secara garis besar dapat ditempuh dengan
duacara yaitu: dengan cara preventif dan kuratif.


Trip,karat daun(aphid)dan penggorok daun (leaf mainer) yang
bila serangan berat dapat digunakan insektisida Confidor/ Agrimec sesuai
dosis. Sedangkan penyakit yang sering menyerang padatanaman krisan adalah Karat
daun ( Pucinia chrysanthenum), Layubakteri dan Layufusarium, yang dapat dikendalikan dengan fungisidaDaconil/ Dithane, Antracol,
Scor sesuai anjuran dan dosis, yangdiaplikasikan 1 kali seminggu.Selain
pengendalian secara kimiawi untuk mencegah seranganpenyakit karat perlu
dilakukan dengan cara fisik, yaitu denganmembuang/ memangkas daun yang
terserang karat dan dibuang ataudibakar diluar areal pertanaman.
Hal hal penting yang harus diperhatikan
dalam tahapan pascapanen adalah:
1). Penentuan waktu yang tepat,
2). Teknik panen,
3).Transportasi hasil panen,
4). Penempatan hasilpanen,
5). Sortasi,
6).Packing,
7). Penyimpanan,
8). Transportasi dari kebun ke rumah/
kiosdan
9). Distribusi ke konsumen.
Tahapan-tahapan ini tidak begitu
lama,tapi membutuhkan perhatian dan kerja yang teliti, sesuai produk
yangdihasilkan.Untuk itu sebelum mengerjakan perlu diketahui sifat dankarakter
dari produk yang dihasilkan, dan tujuan pasar yang akan dituju.Karena
pengetahuan tentang karakter prouk inilah yang akanmenentukan cara-cara dalam
penanganan panen dan pasca panen,sehingga produk yang dihasilkan tetap prima.
Dan tujuan pasar jugaharus diketahui untuk penentuan grading dan packing produk
tersebut.Jadi tahapan panen dan pasca panen merupakan tahapan penting dari produksi bunga
potong, karena meski telah melewatitahapan budidaya yang baik dan benar, tapi
penanganan panen danpasca panen tidak baik akan menurunkan nilai jual dari
produk yang dihasilkan.

A. Pemanenan
Pemanenan tanaman krisan pot
tentunya dilakukan bersama-sama dengan medianya. Beberapa faktor yang menjadi
kriteria kualitas tanaman pot adalah sebagai berikut.
1. Tajuk. Batang tanaman tidak
terlalu tinggi, sekitar 20-25 cm. Bentuk tajuk tumbuh ke samping pot, sehingga
bila dilihat dari bagian atas, tanaman memiliki diameter lebih dari 20 cm; semakin
lebar diameter tajuk dengan batang yang kuat akan semakin baik.
2. Daun. Warna daun hijau segar
dan bersih dari residu pupuk daun dan pestisida. Bentuk daun normal dan tidak
cacat, bebas dari serangan hama penyakit. Daun tumbuh lebat sehingga terlihat
rimbun.
3. Bunga. Warna bunga cerah dan
tidak pudar. Semua bunga dalam satu pot tumbuh normal dan bebas hama penyakit.
Bunga mekar serempak, kompak, dan tinggi bunga rata.
Waktu
panen yang paling baik adalah pada pagi hari, di saat belum terik matahari dan
aktivitas asimilasi belum maksimal sehingga saat tersebut performansi bunga
masih segar. Bunga yang dipotong pagi hari biasanya lebih tahan lama dan
mempunyai umur simpan serta kesegaran yang lebih baik.
Dalam
keadaan tertentu, panen bunga juga bisa dilakukan pada sore hari. Akan tetapi
bunga yang telah dipotong sebaiknya diperlakukan secara khusus yaitu
Pangkal
tangkai bunga harus direndam di dalam air yang dicampur dengan larutan gula,
dengan pH air 3 – 5. 9 Pemanenan umumnya dilakukan secara manual, dengan
bantuan gunting atau pisau tajam. Bila pisau atau gunting untuk panen bunga
tidak tajam, akan mengkibatkan batang yang ditinggalkan memar sehingga
jaringannya rusak dan mudah kena penyakit. Gunting atau pisau yang tidak steril
juga mempunyai efek mengundang penyakit, maka sterilisasi gunting atau pisau
dengan alkohol atau klorin akan lebih baik. Hasil pemanenan bunga tidak boleh
diletakkan langsung di tanah, karena kemungkinan akan terkontaminasi dengan
organisme pengganggu. Umumnya, pemanenan, grading, dan pengemasan semua
dilakukan secara kering, tanpa menggunakan larutan kimia atau air.

Gambar
1. Krisan Siap Panen (umur 3-4 bulan)
B. Pengumpulan
Bunga yang Telah Dipotong
Bunga
krisan yang telah dipotong langsung dikumpulkan di dalam wadah (tempat bunga)
yang sesuai dengan kebutuhan. Tempat bunga tersebut hendaknya diletakkan di
suatu tempat yang teduh dan aman (tidak terkena sinar matahari langsung),
terhindar dari percikan air atau kotoran lainnya, sehingga bunga terjaga dari
kerusakan yang dapat menurunkan kualitas bunga. Bunga hasil panen harus
langsung ditempatkan ke dalam ember yang sudah berisi air untuk merendam
pangkal tangkai bunga, karena bunga-bunga ini cepat layu bila tidak segera
diberi air setelah dipanen.

Gambar
2.
Meja
Silang digunakan sebagai tempat meletakkan krisan
setelah
dipotong/dipanen
C. Pengangkutan
ke Tempat Sortasi
Setelah
selesai dikumpulkan, bunga diangkut ke tempat sortasi untuk disortir dan
diseleksi. Pengangkutan bunga harus dilakukan secara hati-hati dan dalam jumlah
yang cukup (tidak terlalu banyak), sehingga bunga
terhindar
dari resiko kerusakan ataupun patah. Di tempat sortasi, bila waktu untuk
melakukan sortir bunga masih lama, sebaiknya pangkal tangkai bunga direndam
dulu di dalam bak/ember berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu.

Gambar
3.
Proses
Pengangkutan Hasil Panen & Perendaman Sementara Sebelum Sortasi
D. S o r
t a s i
Bunga
hasil panen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut verietas. Bunga
diperiksa / diteliti satu persatu untuk melihat keadaan bunganya, tingkat
kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi panjang- pendeknya, lurusbengkoknya,
besar-kecilnya, dan tegarlemasnya (vigor), berat-ringannya, serta kebersihan
tanaman. Secara umum, bunga potong krisan dikelompokkan ke dalam beberapa kelas
yaitu : Kelas AA, A, B, dan C. Untuk lebih detail dapat dilihat di Lampiran 1.
12

Gambar 4.
Proses Sortasi dan Pengelompokkan Sesuai Varietas
& Kelas
E. Pengikatan
/ Pengelompokan Bunga (Bunching)
Pada
umumnya bunga yang telah disortir dilakukan pengikatan / pengelompokan. Bunga
yang telah diseleksi dan ditentukan kriteria pengkelasannya, diikat dengan
menggunakan tali atau karet menurut aturan jumlahnya. Pengikatan bunga tidak
boleh terlalu ketat, karena dapat merusak tangkai bunga, yang mengakibatkan
tangkai bunga dapat tertekan atau luka.

Gambar
5.
Proses
Pengikatan Hasil Sortasi
F. Pembungkusan
Setelah
diikat sesuai dengan jumlahnya, bunga harus segera dibungkus dengan kertas atau
plastik pembungkus. Pembungkusan bertujuan untuk menjaga agar bunga terhindar
dari kerusakan sehingga kualitas bunga tetap terjaga. Bunga potong krisan
biasanya dibungkus dengan kertas pembungkus bunga yang sudah dibentuk
(digunting) melengkung pada salah satu sisi panjangnya, dan dapat membentuk
lingkaran yang rata pada sisi bagian atas, sehingga bungkusan bunga terlihat
rapi.

Gambar 6.
Proses
Pembungkusan
G. Perendaman dengan Larutan
Sebagai Pengawet
Pengawetan
bertujuan untuk memperpanjang kesegaran pada bunga potong. Tanpa pengawetan,
kehilangan produksi akibat layu dan faktor lainnya bisa mencapai 30%-60%.
Larutan pengawet berfungsi untuk memperpanjang umur bunga potong dan mengurangi
kerusakan bunga selama penanganan pasca panen, sehingga nilai ekonominya
menjadi lebih tinggi. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengawetan,
antara lain:
1.
Menambah bahan makanan; seperti glukosa, sukrosa dan galaktosa berfungi untuk
membantu proses pemekaran bunga setelah bunga dipotong. Dosis yang disarankan
adalah 1%-12% gula per liter air bersih (10- 120 gram gula dalam setiap 1 liter
air bersih).
2.
Menambah keasaman air; pada pH 3 - 5 bunga dapat menyerap air secara maksimum.
Penyerapan air sangat penting untuk menggantikan air yang hilang akibat
penguapan. Jika tidak terdapat air maka bunga dan daun akan cepat layu. Untuk
keperluan tersebut, dapat digunakan: asam sitrat dengan konsentrasi 200-600
mg/lt air, asam benzoat dengan konsentrasi 200-600 mg/lt air. Asam sitrat dan
asam benzoat juga mempunyai sifat antibiotik yang dapat mengurangi
perkembangbiakan bakteri. Reid (1992) juga menyatakan bahwa larutan asam dengan
pH 3,5 selain mempercepat penyerapan juga dapat menghambat tumbuhnya mikroba,
sehingga kesegaran bunga potong dapat dipertahankan.
3.
Menambah bahan antibiotik, air yang digunakan untuk merendam tanaman biasanya
tidak steril sehingga perlu diberikan antibiotik untuk menghambat perkembangan
mikroorganisme. Mikroorganisme seperti bakteri dan fungi akan menyumbat
jaringan pada batang sehingga air tidak dapat diserap oleh bunga dan
menyebabkan 15 kelayuan. Mikroorganisme juga merupakan salah satu penyebab
timbulnya gas ethylene yang dapat menyebabkan pelayuan bunga.
Bahan-bahan pengawet yang umum digunakan yaitu Physan-20 (200 ml/liter), AgNO3 (50 mg/liter), Perak tiosulfat (50-100
mg/liter), dan Sodium hipoklorit (4 ppm).
4.
Menambah zat pengawet, digunakan pada perlakuan conditioning, pulsing,
pembukaan kuncup dan holding. Secara umum pada jenis bunga tertentu,
semakin lama perlakuan maka konsentrasi yang digunakan lebih
rendah. Oleh karena itu konsentrasi yang
tinggi digunakan untuk pulsing, konsentrasi sedang untuk pembukaan
kuncup, dan konsentrasi yang rendah untuk larutan holding (Halevy dan
Mayak, 1979).
a. Conditioning
Bunga
yang layu (akibat penyimpanan kering) dapat direhidrasi (diberi air kembali).
Caranya dengan memotong pangkal tangkai bunga sekitar 1-2 cm, kemudian
dicelupkan ke dalam air bersih.
b. Pulsing
dan Holding Solution
Pulsing
merupakan perlakuan
dalam jangka waktu yang pendek setelah pemanenan, yaitu proses perendaman dalam
larutan yang mengandung bahan makanan (glukosa atau sukrosa) dalam jumlah yang
tinggi dan antioksidan. Pulsing dapat memperpanjang umur simpan dan
kesegaran bunga potong karena untuk melangsungkan hidupnya bunga potong
membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari bahan
makanan yang diberikan pada saat pulsing.
Sukrosa atau glukosa adalah bahan utama pada larutan pulsing dengan konsentrasi
1%-12%. Bunga dapat juga direndam pada periode pendek pada temperatur hangat
(kira-kira 10 menit pada suhu 21°C) atau periode panjang pada temperatur dingin
(kira-kira 20 jam pada 2°C). Perendaman dengan larutan nitrat perak (AgNO3)
dalam waktu yang singkat adalah yang paling baik bagi beberapa varietas.
Larutan pengawet (holding solution) adalah larutan tempat dicelupkannya
tangkai bunga sampai terjual atau larutan yang digunakan oleh konsumenuntuk
memperpanjang vaselife bunga. Pada umumnya bahan larutan pengawet
merupakan sumber energi, bahan penurun pH, biosida, senyawa anti ethylene dan
zat pengatur tumbuh. Menurut Halevy dan Mayak (1979), penambahan gula dan asam
sitrat berperan dalam menunda kelayuan. Asam sitrat sering digunakan pada
larutan holding dengan konsentrasi 50-800 ppm. Penggunaan gula pada
larutan pulsing dan holding akan rawan terhadap serangan
mikroorganisme karena merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu, pada larutan holding dan pulsing sering
ditambahkan biosida untuk membunuh dan menghalangi perkembangan bakteri dan
jamur.
c.
Pembukaan Kuncup
Kemekaran
kuncup bunga potong krisan dapat dipercepat dengan menggunakan larutan yang
mengandung bahan biosida dan gula. Proses ini akan semakin cepat bila didukung
dengan kondisi yang memadai yaitu: suhu yang hangat antara 21 - 27°C,
kelembaban 60-80% RH, dan intensitas cahaya yang tinggi yakni 100-200 footcandles.
d.
Pewarnaan Buatan
Bunga
yang berwarna putih dapat dibuat warna warni dengan memberikan pewarna pada
bunga. Pewarnaan dilakukan dengan merendam tangkai bunga ke dalam larutan
pewarna. Pewarna yang
digunakan
adalah pewarna makanan berupa bubuk atau cairan. Cara pembuatan larutan pewarna
yaitu:
1) Siapkan
pewarna makanan 4 gram, gula 60 gram, dan asam sitrat1 gram,
2) Larutkan
pewarna, gula dan asam sitrat dengan air matang / aquades, tepatkan menjadi 1
liter,
4) Aduk
larutan sampai semua pewarna, gula dan asam sitrat larut,
5) Larutan
pewarna siap digunakan.


Gambar 7.
Perendaman dengan Larutan Sebagai Pengawet
H.
Penyimpanan
Penyimpanan
dikelompokkan menurut tujuan atau perlakuannya. Penyimpanan menurut tujuannya
dibedakan dalam dua kategori menurut lamanya waktu penyimpanan, yaitu
penyimpanan sementara dan penyimpanan untuk persediaan (stok). Sedangkan
penyimpanan menurut perlakuannya dibedakan dalam dua kategori, yaitu
penyimpanan basah dan penyimpanan kering. Penyimpanan sementara dilakukan untuk
penyimpanan bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa
disimpan pada suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi
air bersih. Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan bila bunga disimpan
untuk jangka waktu yang agak lama. Untuk penyimpanan kering, bunga harus
disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold storage) dengan
temperatur sekitar 2-10°C dan kelembaban udara tinggi sekitar 90%. Lamanya masa
penyimpanan bunga dalam cold storage tergantung dari varietas dan
tingkat kemekaran bunga. Pada keadaan kuncup dapat disimpan sampai 15 hari
dengan suhu 2-4oC, dan sebelumnya mendapatkan perlakuan
larutan pembukaan kuncup. Apabila bunga disimpan terlalu lama, maka bunga akan
mengalami kerusakan yang dapat dilihat dari perubahan fisik bunga tersebut
berupa layu, lembek, busuk dan warna bunga yang pudar. Penyimpanan basah adalah
penyimpanan dengan perlakuan perendaman ujung tangkai bunga ke dalam air,
dengan harapan bunga akan terus mendapat suplai air untuk memperpanjang umur
simpan dan kesegaran. Penyimpanan basah harus dilakukan bila kelembaban udara
di lingkungan penyimpanan rendah. Dengan kelembaban udara yang rendah akan
banyak terjadi transpirasi atau penguapan air dari bunga yang telah dipotong,
akibatnya bunga akan cepat layu. Dengan demikian harus diupayakan kesediaan air
dalam wadah tersebut.


Gambar
8.
Proses
Penyimpanan ke Dalam Cold Storage
I.
Fumigasi
Fumigasi
merupakan perlakuan dengan memberikan gas beracun untuk membunuh hama atau
serangga pengganggu. Dalam penanganan pasca panen bunga, fumigasi dilakukan
apabila di dalam bunga yang akan dikirim masih terdapat hama yang sulit
dihilangkan dengan penyemprotan biasa, tapi hama tersebut belum menimbulkan
kerusakan pada bunga. Fumigasi hanya dilakukan apabila bunga tersebut akan
diekspor, dan negara tujuan ekspor mengharuskan perlakuan fumigasi ini.
Kerugian dari umigasi adalah dapat menurunkan umur simpan dan kesegaran bunga
yang difumigasi.
J.
Penanganan
Eceran
Untuk
menjamin kualitas yang maksimum dan menarik minat pembeli, yang terpenting
adalah penanganan bunga yang tepat pada saat diterima. Setelah bunga tiba,
bunga dipotong pada pangkal batang ± 2 cm dan kemudian bunga ditempatkan segera
pada ruang pendingin setelah bungkus dibuka untuk beberapa jam. Jika bunga
bersisa di toko beberapa hari, bunga tersebut diletakkan pada ember berisi air
dan bahan pengawet.
K.
Pengiriman
Bunga yang
sudah dibungkus disusun dengan teratur, dan dilakukan secara hati-hati, dimana
isi bunga dalam satu kardus atau kontainer tersebut tidak boleh terlalu padat
(sesuai dengan kapasitas kardus tersebut), sehingga bunga dapat tersusun rapi
dan terjaga kualitasnya. Biasanya dalam satu kardus berukuran 88 x 40 x 40 cm dapat diisi dengan 30-35
bungkus krisan, dimana isi per bungkus 10 tangkai. Pada bidang-bidang yang
berukuran 40 x 40 cm diberi lubang-lubang, sebagai tempat pegangan tangan dan
juga untuk ventilasi udara di dalam kardus.
Setelah
bunga selesai dimasukkan ke dalam kardus, kardus harus ditutup dan dikuatkan
dengan menggunakan lakban sampai kardus menjadi rapi. Namun bila menggunakan
kontainer plastik, setelah bunga tersusun penuh cukup ditutup dengan kertas
koran agar bunga tidak rusak, bila kontainer diletakkan bertumpuk. Kemudian
kardus atau kontainer bunga disusun secara rapi (tiga tingkat), sebelum bunga
dimasukkan ke dalam mobil pengangkut. Kardus atau kontainer yang berisi bunga
disusun secara rapi di dalam mobil boks berpendingin, sehingga dapat diisi
secara maksimal sesuai dengan kapasitas mobil tersebut. Pengiriman bunga ke
tempat penjualan dilakukan dengan menggunakan mobil boks berpendingin yang
mempunyai pengaturan temperatur. Selama perjalanan, temperatur di dalam mobil
boks diusahakan rendah dan stabil pada temperatur sekitar 2-10°C, sehingga
kesegaran bunga tetap terjaga dan bunga diterima konsumen dalam keadaan baik.
Untuk pengiriman jarak jauh dapat dilakukan lewat kargo udara.


Gambar 9.
Proses
Pengepakan
Setelah
sampai di tempat tujuan, kardus atau kontainer plastik tempat bunga diturunkan
dari mobil dengan hati-hati agar bunga tidak terkoyak atau rusak. Kemudian
kardus atau kontainer bunga diturunkan, bunga dikeluarkan, ujung tangkai bunga
dipotong dan dicelupkan sebentar ke ember berisi air hangat, dengan suhu
sekitar 30-350 C selama 10 detik, dengan tujuan untuk membuka
pori-pori permukaan tangkai bunga, selanjutnya direndam ke dalam air bersih.


Gambar 10.
Proses Pengiriman dengan Menggunakan
Mobil Berpendingin


Setelah
bunga sampai pada pedagang retail atau pedagangpenjual, sebelum bunga di pajang
konsumen dirumah, segerah setelahbunga tiba di kios atau tempat penjualan
bunga-bunga ini dilepas darikemasannya, kemudian periksa dari hama dan penyakit
serta kerusakanfisik. Bunga yang baik selanjutnya potong sedikit tangkai
bunganya dandirendam dalam air hangat sekitar 380C yang agak asam dengan pH 3.0-4.0 untuk
beberapa menit. Akan lebih baik pemotongan tangkai dalamair untuk menghindari
terjadinya embolisme atau gelembung udaradalam tangkai bunga

Dipakai
untuk penyimpanan lama;
-11
gr asam nitrat
-7
gr (8 ml)HQC Hydroquinoline Citrat atau HQS
-560
gr gula
-38
ltr air dibuat pH 3,5
Larutan sederhana
untuk perendaman bunga potong untuk 1liter air :
- 15
gram gula pasir
- 0,3 gram asam sitrat
-2
cc pemutih pakaianUntuk konversi :
-1
sendok makan gula pasir = 14,5 gram
-1
sendok teh peres asam sitrat = 3 gram
-1
sendok teh air = 5 cc

Kegunaan
tanaman krisan yang utama adalah sebagai bunga hias. Manfaat lain adalah
sebagai tanaman obat tradisional dan penghasil racun serangga. Sebagai bunga
hias, krisan di Indonesia digunakan sebagai:

Ditandai dengan
bentuk tanaman kecil, tingginya 20 - 40 cm, berbunga lebat dan cocok ditanam di
pot, polibag, atau wadah lainnya. Contoh krisan pot ini adalah varietas Lilac
Cindy (bunga warna pink, warna keungu-unguan), Pearl Cindy (putih
kemerah-merahan), White Cindy (putih dengan tengahnya putih
kehijau-hijauan), Applause (kuning cerah), Yellow Mandalay (semuanya
dari belanda).

Ditandai dengan
vigor bunga berwarna pendek sampai tinggi, mempunyai tangkai bunga panjang,
ukuran bervariasi (kecil, menengah, dan besar), umumnya ditanam di lapangan
(kebun) dan hasilnya dapat digunakan sebagai bunga potong. Contohnya antara
lain: inga, improved funshine, brides, green peace, great verhagen, kuma,
reagen, cheetah, klondike, dan lain-lain.


a. Sakit batuk produktif akibat kongesti dan bronkhitis diobati dengan rebusan 1 mangkuk daun dan bunga krisan (Chrysanthemum indicum) kering dalam 2 gelas air selama 15 menit, kemudian air rebusan tadi diminum. Dosis anjuran adalah setiap jam meminum 1/2 mangkuk (dewasa), 1/4 mangkuk (anak umur 7-12 tahun), 2 sendok makan (anak umur 2-6 tahun), atau satu sendok teh (bayi).
b. Nyeri perut karena angin yang berlebihan dalam perut dan usus, diobati dengan daun krisan yang dirajang atau ditumbuk, kemudian dicampur dengan minyak kelapa. Ramuan tersebut digosokan pada perut dengan menggunakan kain kebat, lalu dibiarkan selama semalam atau minimal 4 jam.

a. Jenis Chrysanthemum cinerariaefolium VS mengandung zat “pyrethrin” yang amat beracun bagi aneka macam serangga, tetapi tidak merupakan racun bagi hewan berdarah panas.
b. Zat pyrethrin dapat digunakan antara lain sebagai campuran bahan pembuat obat nyamuk.


Permintaan akan bunga krisan semakin meningkat, Bunga krisan tidak hanya diminati konsumen local namun juga sangat diminati di manca Negara. Pada umumnya konsumen lebih menyukai warna merah, putih dan kuning, sebagai warna dasar krisan.

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT KARAT
PUTIH
Penyakit karat putih
pada krisan disebabkan oleh cendawan P. horiana (Basidiomycetes). Cendawan
ini bersifat parasit obligat atau hanya hidup sebagai parasit pada tanaman
hidup. Menurut Suhardi (2009b), patogen penyakit karat putih menghasilkan dua
jenis spora, yaitu teliospora yang merupakan spora rihat dan basidiospora yang
dihasilkan oleh teliospora yang telah berkecambah. Teliospora berkecambah bila
kelembapan udara sangat tinggi (96−100%). Teliospora dapat bertahan selama
delapan minggu pada kondisi kelembapan kurang dari 50%. Basidiospora sangat
rapuh, mudah disebarkan oleh angin atau percikan air. Apabila kelembapan udara
mencapai 80% maka basidiospora akan mati dalam waktu lima menit. Pada kondisi
kelembapan 81− 90%, basidiospora dapat bertahan tanpa tanaman inang selama 60
menit. Perkecambahan teliospora membutuhkan suhu 423C (optimum 17C) dan kelembapan
> 90%, sedangkan perkecambahan basidiospora berlangsung pada kisaran suhu 1724C
(optimum 17C) dan kelembapan > 90% (MacDonald 2001). Proses infeksi
membutuhkan waktu 2 jam dan dalam waktu 24 jam sekitar 50% populasi
basidiospora sudah menginfeksi tanaman. Gejala penyakit karat muncul 710 hari setelah
infeksi pada suhu > 24C dan 8 hari pada suhu 30C (MacDonald 2001).
Teliospora berukuran 14,5 μm x 41,5 μm, hialin kuning
terang, dan terdiri atas dua sel ramping pada sekatnya (Gambar 1). Teliospora
dapat ditemukan pada berbagai stadia pertumbuhan tanaman (Szakuta dan
Butrymowicz 2004). Proses infeksi dimulai saat basidiospora berkecambah di atas
permukaan daun yang berair. Infeksi biasanya terjadi pada malam sampai pagi
hari (suhu 17C), dan berlangsung selama 2 jam.
GEJALA SERANGAN
Pada umumnya gejala
penyakit akan timbul apabila terjadi interaksi antara tiga faktor, yaitu
patogen yang virulen, inang yang rentan, dan lingkungan yang kondusif untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Hal ini dikenal dengan sebutan segitiga
penyakit (Agrios 1988). Perkembangan gejala serangan P. horiana pada daun
krisan dimulai dengan munculnya bercak berwarna kuning pada permukaan atas
daun, yang kemudian diikuti dengan perubahan warna pusat bercak dari putih menjadi
coklat tua. Pada permukaan bawah daun terbentuk pustul yang pada awalnya
berwarna merah muda, selanjutnya pustul membesar, berwarna putih, dan akhirnya
tanaman mati (Gambar 2). Pustul karat sebenarnya merupakan kumpulan teliospora
yang akan berkecambah membentuk basidiospora yang kemudian menginfeksi tanaman
(Suhardi 2009a).
PENYEBARAN PENYAKIT
Penyakit karat putih
pada krisan pertama kali dilaporkan di Asia Timur dan diidentifikasi pada tahun
1895 oleh P. Henning (Bonde et al. 1995). Sejak tahun 1963, P.
horiana dilaporkan menginfeksi pertanaman krisan di beberapa negara seperti
Inggris (Baker 1967), Selandia Baru dan Afrika Selatan (Firman dan Martin 1968),
serta Australia (Exley et al. 1993). P. horiana dilaporkan masuk
ke Indonesia sekitar tahun 1990, diduga melalui bibit krisan impor yang tidak terdeteksi
karena gejala penyakit belum muncul (Djatnika et al. 1994a). Fenomena demikian
dapat terjadi pada patogen yang berinteraksi dengan tanaman yang menjadi inangnya.
Selain melalui bibit, patogen dapat menular melalui angin, air, perlakuan
pemeliharaan, pakaian pekerja, dan peralatan pertanian. Dengan cara demikian,
penyakit karat putih menyebar dengan cepat ke lokasi pertanaman baru yang sebelumnya
belum pernah ditanami krisan. Lebih kurang 28% bibit krisan yang diproduksi
oleh petani telah terinfeksi oleh penyakit karat (Suhardi 2009a). Saat ini
penyakit tersebut telah menyebar luas di seluruh sentra produksi krisan di
Indonesia. Penggunaan benih sehat merupakan langkah strategis untuk mengurangi
sumber inokulum penyakit karat putih.
PENCEGAHAN
Pencegahan serangan
penyakit karat putih dapat dilakukan dengan cara-cara sebagaimana yang
dilaporkan oleh Suhardi (2009b), yaitu 1) menggunakan
benih sehat dari penangkar
benih yang kompeten, 2) mengenali gejala penyakit karat untuk deteksi dini, dan
daun atau bagian yang terinfeksi dibuang dan dimusnahkan, 3) mengenalkan
pentingnya penyakit karat dan cara pengendaliannya kepada petani krisan, 4)
melakukan disinfeksi sepatu kebun para
pekerja dengan cara membuat
kolam yang diisi desinfektan seperti Virkon
S 1%
(1:100) atau chemprocide
(DDAC) konsentrasi 15 ml/l, 5) mengganti desinfektan tiap minggu dan
menggunakan test stripe untuk mempertahankan konsentrasinya, 6)
membatasi jumlah pengunjung ke pertanaman krisan, dan bila perlu menggunakan
pakaian satu kali pakai tiap saat, 7) mengendalikan serangga yang mungkin
membawa propagul penyakit, dan 8) melakukan penyemprotan dengan fungisida
secara rutin tiap minggu. Selanjutnya Karyatiningsih et al. (2008) melaporkan
bahwa menghindari pelukaan akar saat penyiangan dapat mencegah masuknya patogen
tular tanah (Fusarium sp. dan bakteri layu) yang dapat memengaruhi intensitas
serangan penyakit karat putih.
UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT
Upaya pengendalian
penyakit karat putih pada krisan perlu dilakukan secara terintegrasi, melalui
penggabungan berbagai teknik pengendalian. Berdasarkan hasil penelitian di
dalam dan luar negeri, penyakit karat putih pada krisan dapat dikendalikan
melalui berbagai cara sebagai berikut.
ª Penggunaan Varietas Toleran
Penggunaan
varietas toleran merupakan langkah strategis untuk mengurangi sumber inokulum
penyakit karat putih pada krisan. Dalam praktik budi daya krisan, petani
biasanya menanam berbagai varietas. Varietas krisan yang beredar di Indonesia
cukup banyak dan umumnya merupakan varietas introduksi, seperti Fiji, Ellen,
Remi x Red, Discovery, Regata, Starlion, Lameet, Paso Double, Stroika, Viron,
Puma White, Semifill,Catre, Shena, dan Sumrock (Komar et al.
2008). Ketahanan varietas krisan introduksibervariasi. Djatnika et al. (1994a)
melaporkan bahwa varietas Puma White, Tiger, Yellow West, dan Rhino sangat resisten,
sementara kultivar Puma Sunny tergolong rentan. Menurut Marwoto et al.
(2009), krisan kultivar Puspita Nusantara tergolong toleran terhadap karat putih
dan telah dilepas pada tahun 2003 sebagai varietas unggul. Sementara varietas
krisan toleran lainnya (Puspa Kania, Dwina Kencana, Dwina Pelangi, Pasopati,
Paras Ratu, Wastu Kania, Ratna Wisesa, dan Tiara Salila) telah dilepas pada
Juli 2009.
ª Perompesan Daun dan Penyiangan
Dalam
budi daya krisan, petani umumnya melakukan perompesan daun-daun bawah,
penyemprotan fungisida secara teratur, serta tindakan agronomis lainnya. Perompesan
daun, terutama menjelang fase generatif, biasanya dilakukan bersamaan dengan
penyiangan untuk mengurangi kelembapan di antara tanaman. Perompesan daun-daun
bawah yang diikuti dengan penyemprotan fungisida dapat mengurangi intensitas
serangan penyakit karat pada tanaman krisan (Djatnika 1992). Selanjutnya
Suhardi et al. (2003) melaporkan bahwa perompesan daun dapat
menurunkan intensitas serangan penyakit karat antara 3% dan 44%. Penyiangan
secara manual maupun dengan herbisida hanya dapat mengurangi intensitas
serangan pada awal pertumbuhan tanaman (Djatnika et al.1994b).
ª Penggunaan Mikroba Antagonis
Bacillus
subtilis dan Pseudomonas fluorescens
adalah mikroba antagonis yang telah digunakan sebagai bahan aktif
biopestisida yang ramah lingkungan. Hasil penelitian Hanudin et
al. (2008a) menujukkan bahwa biopestisida ini efektif untuk mengendalikan
penyakit karat putih pada krisan sebesar 4,89%, lebih efektif
dibandingkan dengan fungisida yang biasa digunakan petani.
Intensitasserangan penyakit karat putih pada tanaman krisan yang
mendapat perlakuan biopestisida tersebut rata-rata sebesar 39,73%,
lebih rendah dibanding yang disemprot pestisida sintetis yakni 41,77%.
Keunggulan biopestisida ini ialah berbahan aktif mikroba antagonis B.
subtilis BHN 4 dan P. fluorescens Pf 18 yang efektif
mengendalikan penyakit tanaman dengan cara memproduksi antibiotik
dan mengolonisasi jaringan tanaman sehingga terlindung dari infeksi patogen
(Hsu et al. 1994). Berbagai jenis antibiotik diproduksi oleh P.
fluorescens, seperti piuloteorin, oomisin, phenazine1-carboxylic
acid atau 2,4-diphloroglucinol (Gurusidaiah et al. 1986). Produksi
antibiotik ini telah dibuktikan sebagai faktor utama yang menghambat perkembangan
populasi dan penyakit yang ditimbulkan oleh Gaeumannomyces tritici,
Thielaviopsis basicola, dan Ralstonia solanacearum (Mulya et
al.1996). Di samping menekan perkembangan populasi dan
aktivitas patogen tanaman, P. fluorescens dapat menginduksi ketahanan tanaman
terhadap penyakit. Mulya et al. (1996) melaporkan bahwa P.
fluorescens strain G32R dapat menginduksi aktivitas enzim fenilalanin amoliase,
enzim yang terlibat dalam ekspresi ketahanan tanaman tembakau. Keunggulan lain
dari biopestisida ini ialah bahan pembawanya berupa parafin hidrokarbon yang
berfungsi sebagai pengemulsi, perekat dan perata (sticker) sehingga
bahan aktif biopestisida dapat menempel dengan kuat dan tidak mudah tercuci
oleh air hujan untuk selanjutnya masuk ke dalam jaringan tanaman. Biopestisida
ini telah mendapat sertifikat paten dari Kementerian Hukum dan Hak Azasi
Manusia Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual
(Hanudin et al. 2009). Di samping memiliki keunggulan, biopestisida ini
masih mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya ialah keefektifannya
dalam mengendalikan penyakit tertentu belum stabil di setiap daerah,
artinya biopestisida berbahan aktif BHN 4 dan Pf 18 hanya efektif mengendalikan
isolat P. brassicae yang diperoleh dari satu daerah saja, tetapi tidak
untuk daerah lain (Tabel 2). Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi biopestisida di
Cianjur pada tanaman sawi terbukti efektif mengendalikan penyakit akar bengkak
yang disebabkan oleh P. brassicae. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya
derajat serangan pada perlakuan tersebut. Derajat serangan pada perlakuan
biopestisida dan kontrol masing-masing ialah 6,30% dan 48,80% dengan
persentase penekanan 87,01%. Pada percobaan yang dilakukan di Sukabumi
dan Pangalengan, Jawa Barat, perlakuan biopestisida hanya dapat menekan
serangan P. brassicae berturutturut 12,14% dan 15,60% (Hanudin et al.
2008b). Ketidakstabilan keefektifan biopestisida pada percobaan yang dilakukan
di Sukabumi dan Pangalengan diduga disebabkan oleh perbedaan ras fisiologis atau
patogenisitas isolat P. brassicae. Ras fisiologis P. brassicae ditentukan
berdasarkan respons patogen terhadap tanaman inang (Johnston 1968; Reyes et
al. 1974). Djatnika (2011, komunikasi pribadi) menyebutkan bahwa di Indonesia,
P. brassicae mempunyai tiga ras fisiologis yang masing-masing berbeda patogenisitasnya.
Diduga isolat P. brassicae asal Sukabumi dan Pangalengan lebih
patogenik dibandingkan dengan isolat yang berasal dari Cianjur. Di samping itu,
diduga keefektifan bahan aktif biopestisida bersifat spesifik lokasi. Oleh
karena itu, biopestisida tersebutharus disempurnakan. Penyempurnaan komposisi
formulasi biopestisida telah dilakukan dengan menambahkan bahan aktif
dan penggantian bahan pembawanya. Bahan aktif biopestisida sebelumnya
adalah isolat B. subtilis BHN 4 dan P. fluorescens Pf 18 dengan
bahan pembawanya parafin cair dan parafin hidrokarbon (Hanudin et al. 2008a).
Tiga isolat bakteri antagonis yang digunakan sebagai bahan aktif biopestisida ialah
Bacillus subtilis nomor isolat BaAkCs-3, Corynebacterium-2, dan
P. fluorescens nomor isolat Pf-3 Sm, dengan bahan pembawanya ekstrak kascing
ditambah molase dan gula pasir (Hanudin et al. 2010). Keunggulan B.
subtilis dan P. fluorescens dalam mengendalikan beberapa patogen
telah diuraikan sebelumnya. Keunggulan Corynebacterium yang digabungkan
dengan kedua bakteri antagonis tersebut dan formulasinya yang baru
dijelaskan sebagai berikut. Corynebacterium sp. adalah bakteri antagonis
yang ditemukan hidup di permukaan daun padi di daerah Jatisari, Karawang,
Jawa Barat. Bakteri ini berhasil diisolasi dan terbukti efektif mengendalikan penyakit
yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri pada tanaman pangan dan
hortikultura, seperti penyakit kresek pada padi dan penyakit layu serta bercak
daun pada cabai dan kubiskubisan (BBPOPT 2007). Rismansyah (2010)
melaporkan bahwa Corynebacterium sp. dapat menekan gejala penyakit bacterial
red stripe (BRS) yang disebabkan oleh Pseudomonas sp. hingga
52% dan penyakit hawar daun bakteri (bacterial leaf blight/BLB)
yang disebabkan oleh Xanthomonas campestris pv. oryzae pada padi sebesar
28%. Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Pengamatan Hama
dan Penyakit Tanaman Kabupaten Banyumas, selain dapat mengendalikan penyakit pada
tanaman padi, Corynebacterium sp. juga dapat mengendalikan penyakit akar
bengkak yang disebabkan oleh P. brassicae pada tanaman
kubis-kubisan dan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum)
pada tanaman pisang (Diperta Provinsi Jawa Tengah 2008). Formulasi Corynebacterium
sp. Dalam bentuk cair telah dibuat oleh Balai Besar Peramalan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) dan Kelompok Tani Patih di Subang, Jawa Barat
(BPTP Jawa Barat 2008). Biopestisida berbahan aktif B. subtilis, P.
fluorescens, dan Corynebacterium yang diformulasikan dengan bahan
pembawa ekstrak kentang, kascing, gula pasir, dan molase pada
konsentrasi 0,3% dapat menekan intensitas serangan P. horiana sebesar 38,49% dan mempertahankan hasil panen
bunga krisan layak jual
sebanyak 14,58% (Gambar
3). Pengendalian penyakit karat
putih pada krisan dengan menggunakan tiga bakteri antagonis sebagai
bahan aktif dan bahan organik sebagai pembawanya, mempunyai prospek yang
cerah pada masa yang akan datang. Saat ini telah ada mitra dari pihak swasta
yang berminat memproduksi biopestisida tersebut secara massal.
APLIKASI FUNGISIDA
Fungisida merupakan
sarana produksi yang selalu digunakan dalam budi daya krisan. Penggunaan
fungisida biasanya dilakukan melalui percobaan (trial and error)
karena sampai sekarang belum ada satu pun fungisida yang terdaftar untuk pengendalian
penyakit karat pada krisan.Namun, Bonde et al. (1995) melaporkan bahwa
fungisida miklobutanil konsentrasi 100 mg/l yang diaplikasikan dengan cara mencelupkan
setek pucuk krisan pada larutan fungisida tersebut sebelum tanam, efektif
mengendalikan penyakit karat putih (Tabel 3). Selanjutnya Sutater et al.
(1993) melaporkan bahwa fungisida yang banyak digunakan petani krisan di Cisarua,
Kabupaten Bandung Barat, untuk menanggulangi penyakit karat ialah propineb dan
mankozeb yang membutuhkan biaya sekitar 13% dari biaya produksi total. Selain
fungisida tersebut, dua perusahaan eksportir bunga krisan menggunakan fungisida
heksakonazol 50 SC dan benomil 50 WP dengan takaran lebih rendah. Menurut
Suhardi et al. (2003), penyemprotan fungisida dapat menekan intensitas
penyakit karat 20– 49% .
LAMPIRAN 1.
SYARAT MUTU BUNGA POTONG KRISAN SEGAR

MACAM –MACAM
BUNGA KRISAN
![]() |
![]() |
Bunga Krisan Putih
|
Bunga Krisan Shamrock
|
![]() |
![]() |
Bunga Krisan Merah / NRA
|
Bunga Krisan Aster Putih
|
![]() |
![]() |
|
Bunga Krisan Aster Kuning
|
![]() |
![]() |
Bunga krisan Puma Putih
|
Bunga Krisan Aster Remix
|
![]() |
![]() |
Krisan Ungu
|
Krisan satu Lapis
|
![]() |
![]() |
Krisan Kecil
|
Krisan Pink
|
Bagus sekali artikel ini , terima kasih
BalasHapusArtikelnya lengkap sekali.terimakasih...saya jadi tahu banyak ttg krisan. Saya mau tanya dong.saya baru beli ktisan di pot.bunganya banyak dan segar tapi daunnya banyak yang layu itu kenapa y? Apa kurang disiram y?
BalasHapus